Bekali Pengaruh Keluarga Terhadap Predisposisi Anak Anak Tentang Perilaku Bullying, MIN 1 Bojonegoro Gelar Parenting Skill.

25
Jul

Bojonegoro (Kemenag) – Upaya pencegahan dan menuntaskan aksi perundungan di sekolah sangat diperlukan. Pola asuh orangtua terhadap anak menjadi faktor utama terjadinya perilaku perundungan/bullying dalam lingkungan sekitar utamanya Sekolah/Madrasah.

Menanggulangi hal tersebut, MIN 1 Bojonegoro menyelenggarakan pembekalan terhadap orangtua tentang Pengaruh Keluarga terhadap predisposisi Anak Anak terhadap Perilaku Bullying, Kamis, (25/07/2024) dengan mendatangkan narasumber dari Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB).

Murtadlon Kepala MIN 1 Bojonegoro dalam sambutannya mengemukakan bahwa tujuan pelaksanaan parenting selain untuk mengemukakan program dari Madrasah juga merupakan ajang silaturahmi antara pendidik dan orangtua siswa.

“Kami selalu berusaha untuk memberikan pelayanan terbaik terhadap siswa. Untuk mempertahankan predikat kami sebagai Madrasah terbaik, mohon dukungannya dari Bapak Ibu sekalian untuk mewujudkan MIN 1 Bojonegoro menjadi madrasah digital,” ungkapnya.

Hadir bersama Plt Kasubag TU Moh. Zainal Arifin, Kepala Seksi Pendidikan Madrasah Moh. Sholihul Hadi memaparkan terkait Keputusan Dirjen Pendis Nomor 3601 tahun 2024 tentang Juknis Pengelolaan Dana dan Daya Dukung Pendidikan Madrasah Untuk Komite.

“Untuk mewujudkan program prioritas Kementerian Agama yakni Digitalisasi Madrasah, mohon untuk seluruh rencana program Madrasah hendaknya untuk dimasukkan kedalam Rencana Kerja Anggaran Madrasah (RKAM), setelah tersusun madrasah dapat mengundang orang tua siswa untuk memberikan masukan,” ungkapnya.

Selanjutnya, Plt Kasubag TU Kemenag Bojonegoro memberikan apresiasi terhadap MIN 1 Bojonegoro atas keberhasilannya dalam pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dengan tetap dijadikan sebagai pilihan utama masyarakat dalam melanjutkan pendidikan anaknya.

“Bullying yang paling awal itu terjadi kepada teman sebaya, dimulai dari saling mengejek, kemudian yang paling parah adalah pelecehan seksual,” ungkap pria yang merupakan pembina kabupaten layak anak.

Ia juga menuturkan bahwa perkembangan teknologi juga sangat mempengaruhi terjadinya pelecehan seksual dilingkungan sekolah, semakin pintarnya siswa menguasai teknologi menurut Zainal harus dibarengi dengan pengawasan ketat dari orangtua.[an]

  ⁷